Categories
Opinion

Menghayati Makna Kebencian Pada Individu dan Kelompok

Apakah kamu pernah memiliki perasaan benci terhadap sesuatu atau seseorang? Sepertinya setiap orang pernah memiliki perasaan benci, apa pun bentuknya baik kepada seseorang maupun kepada sebuah situasi atau kondisi.

Sebagai manusia biasa, rasa benci merupakan hal yang manusiawi tetapi bisa menjadi tidak wajar apabila perasaan benci itu berlebihan, berlangsung dalam waktu lama, dan bisa menggerogoti hati. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa kebencian tidak akan memberikan dampak apa pun terhadap kehidupan kita selain menyebabkan berbagai hal negatif bermunculan.

Apakah Kita Boleh Memiliki Rasa Benci?

Berbicara mengenai boleh atau tidak, benar atau salah, semua itu relatif dan tidak ada yang sifatnya mutlak. Mungkin kamu bertanya-tanya apakah kita boleh memiliki rasa benci? Tentu jawabannya boleh, karena sebagai manusia biasa, perasaan benci, kecewa, marah, iri, bahagia, bangga, syukur, semua adalah bentuk emosi naluriah.

Namun, di dalam diri manusia, ada bentuk emosi positif dan ada emosi negatif. Semua orang berhak memiliki keduanya, tetapi juga harus diimbangi dengan kontrol dalam diri sendiri sehingga tidak menjadi bumerang. Entah itu emosi negatif maupun positif, keduanya sama-sama harus memiliki batasan dan tidak boleh berlebihan, begitu pun rasa benci.

Kebencian tersebut juga harus dihayati sebagai sesuatu yang memiliki makna, dengan melihat sebab akibat, siapa yang kita benci, apakah hal itu pantas atau tidak, dan apa dampaknya untuk diri kita sendiri.

Hakikat Kebencian sebagai Bentuk Emosi Perasaan

Dalam setiap segi kehidupan, baik dari sisi sosial, budaya, moral, bahkan agama sekalipun, semuanya memberikan pelajaran dan pemahaman tentang makna kebencian.

Sebagai manusia, rasa benci harus dimiliki untuk sesuatu yang tidak semestinya dilakukan. Artinya, kita harus memiliki rasa benci terhadap segala keburukan yang kita jumpai dengan tujuan supaya kita menjauhinya.

Begitu pun sebaliknya, terhadap hal-hal yang memiliki nilai kebaikan, kita harus memberikan respons yang baik dan mengikis kebencian sehingga kita dapat mengikutinya. Itulah pentingnya mengapa kita perlu menghayati makna kebencian dalam kehidupan.

Apalagi rasa benci tentu tidak muncul begitu saja, karena pasti ada penyebabnya. Untuk itu, cobalah menghayati apakah penyebab tersebut memang membuat kita pantas memiliki rasa benci atau tidak, atau justru kita dikendalikan oleh emosi negatif di dalam diri kita.

Perasaan benci bisa muncul dan ditujukan kepada siapa pun, kapan pun, dan dalam kondisi apa pun. Hal inilah yang membuat kita perlu memiliki kontrol atas diri sendiri sehingga bisa menyimpulkan apakah rasa benci yang timbul di dalam hati kita merupakan sesuatu yang wajar atau justru menggerogoti hati kita.

Ujaran Kebencian di Tengah Masyarakat

Tidak hanya sebatas perasaan rasa benci juga bisa dalam bentuk ujaran kebencian yang ditujukan terhadap seseorang. Dalam hal ini, ujaran menjadi sebuah komunikasi verbal yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain. Sedangkan kebencian bisa muncul karena seseorang tidak menyukai atau menolak sesuatu atau orang lain, baik itu karena sikapnya, tutur katanya, pola pikirnya, atau individu seutuhnya.

Kebencian memiliki kaitan erat dengan perasaan negatif manusia karena sebab tertentu. Sementara ujaran kebencian merupakan upaya seseorang untuk menyatakan atau mengungkapkan perasaan ketidaksukaan terhadap orang lain karena satu atau beberapa alasan.

Bentuk ujaran kebencian pun bisa beraneka ragam yang berupa komunikasi sebagai hasutan, provokasi, hinaan, maupun hoax terhadap individu atau kelompok lainnya.

Dampak yang Ditimbulkan Karena Kebencian

Kebencian lebih merujuk pada sikap dan perasaan negatif yang menyebabkan dampak bagi kehidupan individu maupun masyarakat. Dalam menghayati makna kebencian, perlu mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan.

  • Konflik Individu Maupun Masyarakat

Selain antar individu, kebencian lebih sering disebabkan karena pluralitas atau kemajemukan masyarakat. Semakin majemuk kelompok masyarakat, maka semakin beragam pula pola pikirnya dan cara bersikap serta mengambil keputusan. Hal inilah yang akhirnya berujung pada kontroversi, karena ada yang menerima dan ada yang menolak atau dalam kata lain menyebabkan kebencian.

Tidak dapat dipungkiri bahwa heterogenitas merupakan fakta sejarah yang hingga saat ini dapat menyebabkan konflik komunal, tetapi sekaligus bisa menjadi wadah sosial masyarakat yang heterogen.

  • Krisis Moral

Jika melihat sisi positif dari keberagaman masyarakat, apabila berpegang teguh pada nilai-nilai yang luhur, kesetaraan, kemanusiaan, toleransi, dan lain-lain, bisa membuat persaudaraan dan persatuan semakin erat, alih-alih kebencian.

Sebenarnya hakikat kebencian lebih merujuk terhadap persoalan krisis moralitas individu yang berdampak terhadap ujaran dan perasaan merendahkan martabat manusia lainnya. Pada kenyataannya, konflik kebencian di tengah masyarakat yang majemuk memberikan dampak negatif yang luas dan merugikan berbagai pihak.

  • Pemecah Belah Hubungan

Dalam hubungan kelompok maupun individu apa pun, salah satu hal yang menjadi pemecah belah hubungan yaitu kebencian. Tidak hanya mengotori hati sendiri, ujaran kebencian juga dapat berupa hasutan pada orang lain yang akhirnya membuat celah perpecahan semakin lebar.

Selain didasari karena ketidakcocokan pola pikir, sikap, dan karakter, kebencian juga bisa didasari karena perbedaan identitas yang menonjol. Sebenarnya wajar jika setiap identitas memegang nilai dan prinsip yang berbeda-beda.

Hanya saja terkadang orang-oranglah yang membuat keindahan perbedaan tersebut menjadi hal yang tidak lumrah dan menyebabkan kebencian. Perpecahan pun akhirnya tidak dapat dihindari lagi, padahal hal itu disebabkan karena ego masing-masing orang yang merasa lebih baik dari yang lainnya.

  • Rasa Toleransi Semakin Menipis

Ketika kita menghayati makna kebencian, dampak yang ditimbulkan akhirnya yaitu intoleran antar individu atau kelompok. Rasa toleransi semakin menipis sehingga tidak bisa menerima perbedaan. Sebenarnya kesalahan mendasar dari fenomena kebencian yaitu berawal dari pola pikir atau mindset.

Apabila setiap orang berpikir bahwa perbedaan itu indah, orang lain boleh berbeda dengan kita, dan menyadari bahwa kebencian merupakan emosi negatif, bisa mengambil sikap lebih baik untuk saling menghargai. Sayangnya, masih banyak orang yang hidup dalam pola pikir primordial dan kolot sehingga banyak ujaran kebencian yang ditujukan kepada individu maupun masyarakat.

Fakta Realitas Kebencian Dalam Kehidupan

Masalah ujaran kebencian semakin hari semakin meluas dan menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian, baik oleh masyarakat maupun penegak hukum. Pasalnya, ujaran kebencian baik lisan maupun tertulis dapat mendorong terjadinya kebencian kolektif seperti penghasutan, pengucilan kekerasan, diskriminasi, bahkan pada level yang lebih mengerikan seperti pembantaian.

Faktanya, masalah kebencian selalu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik ditemukan pada individu maupun kelompok masyarakat. Tidak bisa dipungkiri, setiap dari kita memiliki kecenderungan rasa benci terhadap sesuatu atau seseorang, hanya saja kontrol terhadap diri masing-masinglah yang membedakannya. Ketika rasa benci itu bisa dikontrol dan masih dalam kendali diri sendiri, maka perlahan bisa dikikis dan tidak menyebabkan dampak negatif apa pun.

Berbeda halnya ketika kita tidak memiliki kendali atas rasa benci yang menyebabkan hal itu semakin membesar, justru kita bisa menyebarkan kebencian kepada orang lain yang akhirnya membuat orang lain memiliki perasaan benci yang sama seperti kita.

Rekomendasi

More From Author